Jumat, 06 Februari 2009

FENI EKAWATI, SP

Kenal nama itu ? Dijamin tidak, saya pun baru tahu nama Feni sekitar 2 minggu terakhir setelah wajah cantiknya menghiasi baliho di tiap sudut jalan di wilayah Lawang, Singosari dan sekitarnya. Ya, Feni adalah salah seorang caleg DPRD Kab Malang dari sebuah partai bergambar matahari berwarna biru. Dia terlihat berbeda dengan baliho bergambar caleg lainya karena 3 hal: pertama dia perempuan, kedua dia muda, dan ketiga, ini terpenting, physically dia super super cantik. Dengan pakaiann sederhana berupa baju berwarna biru muda serta berkerudung senada dengan pakaiannya, terlihat pas dengan wajah cantik di balik kerudung yang dia kenakan.

Ini menjadi semacam daya jual yang bisa jadi dapat mengubah pilihan para voters di daerah pemilihan si Feni. Adalah sah memiliki wajah secantik Feni. Dan, adalah tidak jadi soal untuk menjadi caleg dengan mengedepankan wajah cantik untuk menarik pemilih.

Yang menjadi persoalan berikutnya adalah: Apakah perilaku dan etos kerja Feni ketika menjadi wakil rakyat nantinya dapat secantik wajahnya ? Apakah semangat kepemudaan dan semangat perempuan dapat dengan lantang dia teriakkan di gedung dewan yang selama ini nyaris dikuasai para lelaki dengan bahasa mulut dan tubuh yang sedemikian sangar.

Patut ditunggu langkah Feni di gedung dewan. Saya yakin dia akan terpilih menjadi salah satu wakil rakyat atau setidaknya dia akan mampu merebut suara yang signifikan seandainya tidak menang. Merunut pada apatisnya warga masyarakat terhadap pelaksanaan pileg pertengahan tahun ini, wajah Feni merupakan sebuah daya tarik tersendiri. Senyum manisnya akan mampu merubah pilihan voters meski sebelumnya telah diiming-imingi uang sekian puluh ribu oleh para caleg pesaing Feni. Atau, para lelaki yang berniat tidak datang (golput) bisa berubah pikiran dengan datang ke TPS dan memilih Feni. Tidak peduli kenal atau tidak dan tidak peduli menang atau tidak. Yang penting milih wajah cantik Feni.

Sayangnya kertas suara pada pileg tahun ini hanya mencantumkan nama partai dan nama caleg saja, gambar caleg tidak ada. Ini menjadi persoalan bagi Feni, sebab gambar foto dimaksudkan untuk lebih memperkenalkan diri, terutama memeperkenalkan diri kepada beberapa lapisan masyarakat yang tidak kenal baca – tulis. Sehingga Feni dan caleg lain pun harus melakukann langkah-langkah strategis guna memastikan pilihan voters jatuh kepada mereka.

Terlepas dari itu semua, satu hal yang patut kita catat adalah fenomena masuknya pasa artis di kancah politik. Beberapa sudah terbukti menang dalam pilgub, pilbup juga pilwali. Mereka berperan sebagai nomer 1 maupun nomer 2. Banyak alasan dalam diri mereka secara pribadi, mulai dari keinginan mengabdi kepada rakyat hingga “hanya” belajar berpolitik. Mengapa disebut “hanya” ? Sebab pada kasus terakhir, seorang Dicky Chandra berujar bahwa target dia sebenarnya adalah belajar berpolitik, tapi jika kemudian ternyata dia berhasil memenangkan pilkada di salah satu daerah di Jabar, ini menjadi tanggung jawab yang harus dia pikul dengan serius.

Artinya, ada juga artis yang tidak memiliki target menang dalam proses pilih memilih di arena politik ini. Ya iseng-iseng berhadiah lah gampangnya. Namun saat mereka kemudian terpilih, layak ditunggu sepak terjang mereka di arena yang baru itu.

Tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan artis merupakan daya tarik tersendiri bagi sebuah partai politik. Parpol berlomba menggaet artis untuk menjadi caleg mereka, atau setidaknya menjadi simpatisan partai mereka. Tujuannya jelas, menggaet pemilih sebanyak mungkin melalui aura keartisan sang idola masyarakat.

Lihat saja, betapa histerisnya remaja-remaja kita saat bertemu dengan artis idola mereka. Bahkan di beberapa kesempatan ada yang sampai pingsan ketika bertemu artis idola mereka. Sinyal inilah yang kemudian ditangkap oleh parpol dengan cara yang cerdas.

Kembali ke soal Feni, keberadaan Feni hampir sama dengan keberadaan artis dalam sebuah parpol dari segi tujuan. Kesamaannya terletak pada 2 hal, pertama sebagai penggaet voters, dan kedua sebagai pemanis partai dan gedung dewan saat sidang. Tujuan pertama saya setuju, tujuan kedua saya sangat setuju. Tapi ingat, gedung dewan bukan tempat manis-manisan.


Pratama, 21 Januari 2009
09:25 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar